fbpx

Kekurangan pekerja saat ini telah banyak dialami oleh beberapa negara di dunia. Masalah tersebut sebagian besar di alami oleh negara maju yang diakibatkan Pandemi Covid – 19 kurang lebih 2 tahun ini. Pandemi  ini mengakibatkan pekerja lokal disetiap negara kelihangan pekerjaan yang berujung pada kurangnya tenaga terampil disetiap negara.

Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan mempekerjakan tenaga asing di berbagai bidang industri yang saat ini mengalami krisis, demi memulihkan perekonomian pasca pademi ini lebih cepat.

Hal ini menjadi kesempatan bagus terutama untuk pekerja Indonesia seiring dengan semakin langkanya lapangan pekerjaan di negeri ini. Apalagi minat pasar tenaga kerja Asia terutama Asia Tenggara di Negara Barat dan negara lainnya semakin meningkat tiap tahunya.

Lalu, negara mana sajakah saat ini yang mengalami krisis pekerja, berikut daftar dan penjelasanya.

 

Hungaria

Pasar tenaga kerja di hungaria mengalami krisis akibat pandemi Covid 19. Di bulan juni 2020 pengangguran di hungaria telah melonjak ke rekor tertinggi selama krisis Covid -19. Tingkat pengangguran tidak menunjukan grafik yang baik, di Desember 2021 mencapai angka 3,7 %, yang berarti sekitar 180.000 orang tidak mempunyai pekerjaan. Data tersebut menunjukan bahwa pandemi menurunkan tingkat minat bekerja di Hungaria.

Perusahaan layanan rekrutmen pekerja terbesar di Hungaria, WHC Group mengatakan bahwa paling menderita dari pandemi ini terjadi dalam pasar tenaga kerja. PHK besar – besaran terjadi di sektor pariwisata & perhotelan yang sebagian besar ditutup di masa pandemi maupun di sektor industri manufaktur  yang membutuhkan pekerja profesional dan terampil.

Pemerintah Hungaria optimis pemulihan terjadi di kuartal pertama dan kedua di tahun 2022 yang dimulai di sektor industri otomotif. Permintaan besar untuk pasar tenaga kerja oleh beberapa produsen mobil. Menurut WHC Group, solusi utama yang dapat diambil adalah mempekerjakan pekerja di Asia dalam jangka panjang.

(sumber : https://dailynewshungary.com/tag/hungary/)

 

Australia

Australia dikenal di dunia sebagai salah satu negara maju di sektor Pertanian. Lahan sebesar 55% di Australia telah digunakan sebagai pertanian, di mana sekitar 70% hasil pertanian, perikanan dan hutan di ekspor di berbagai negara di dunia. Namun, lahan yang luas dan hasil ekspor yang tinggi tidak berbanding lurus dengan banyaknya tenaga kerja di Sektor pertanian.

Lebih dari 22.000 pekerja masih dibutuhkan untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di seluruh industri pertanian. Hal tersebut juga dipengaruhi adanya penutupan perbatasan di Australia di masa pandemi Covid – 19 sehingga,  tenaga kerja asing tidak mudah masuk dan mendapat izin kerja.

Pemerintah Australia telah melakukan berbagai inisiatif salah satunya mengeluarkan Visa khusus Agriculture VISA yang sudah direncanakan di tahun 2021.  Sayangnya, Visa ini masih mengalami banyak masalah dan penolakan oleh pihak internal Australia maupun Negara – Negara terutama di ASEAN sebagai pasar tenaga kerja.

Sejak tanggal tanggal 15 desember 2021 pemerintah Australia sudah membuka pembatas bagi pelajar, pekerja maupun wisatawan yang ingin ke Australia. Visa subclass 462 atau Work Holiday Visa bisa didapatkan mahasiswa untuk berkesempatan bekerja di Australia terutama disektor Pertanian yang sangat popular dikalangan working holiday maker.

(sumber: https://www.theguardian.com/international)

 

Jepang

Kekurangan perkerja menjadi salah satu penghambat perekonomian di Jepang. Jumlah Krisis pekerja sebagian besar dialami oleh Restoran dan industri manufaktur dimana para pekerja banyak memutuskan untuk beralih profesi saat pandemi Covid – 19 ini terjadi.

Jepang memang sangat tergantung dengan jumlah pekerja asing dan pelajar. Penurunan jumlah tersebut berdampak pada kurangnya pasokan tenaga kerja yang mempengaruhi perekonomian Jepang. Keadaan ini dipengaruhi oleh jumlah lowongan kerja restoran lebih tinggi dari pada industri lainnya namun, tidak sejalan dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja terutama pelajar yang ingin berkerja di restoran.

Menurut Survei Angkatan Kerja Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi, rata-rata setiap bulan pengangguran jangka panjang adalah 680.000 pada periode Juli-September 2021, naik 180.000 dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Ketidakcocokan antara tenaga kerja dengan kualifikasi disetiap perusahaan dianggap berada di balik masalah ini. Diperkirakan bahwa beberapa orang tidak dapat menemukan pekerjaan karena mereka tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan.

(sumber : https://phnompenhpost.com/)

 

Amerika Serikat

Pada era pandem ini, sering terjadi berapa perusahaan dan industri mengalami penutupan sementara yang berefek domino pada kebutuhan tenaga kerja. Di Amerika serikat data terakhir menunjukkan bahwa mereka memiliki 11,3 juta lowongan pekerjaan di AS, tetapi hanya 6 juta pekerja yang menganggur dan hampir 5 juta lowongan pekerjaan membutuhkan tenaga kerja.

Secara keseluruhan, pada tahun 2021, para pengusaha di AS akhirnya menambahkan 3,8 juta pekerjaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi pada saat yang sama, 2,2 juta orang Amerika resign dari pekerjaannya sejak Januari 2020.

The U.S. Chamber telah mensurvei para pekerja yang mengaggur dan kehilangan pekerjaan selama pandemi tentang beberapa faktor mengapa mereka tidak ingin kembali bekerja. Hasilnya,mereka masih kawatir tentang Covid – 19 di tempat kerja, biaya penitipan anak yang terlalu mahal sehingga wanita di AS lebih memilih menjadi ibu rumah tangga , pekerja lebih fokus pada keterampilan dan pendidikan mereka sebelum memasuki dunia kerja, bahkan banyak dari pekerja membuka usaha sendiri ketimbang memilih kembali sebagai karyawan.

Program H-2, yang memungkinkan pengusaha untuk mempekerjakan pekerja musiman di industri mulai dari pertanian, pariwisata hingga perikanan. Program ini dibatasi pada 66.000 tenaga  kerja asing sementara per tahun. Pemerintahan AS lebih memilih untuk menambahkan 22.000 visa tambahan di tahun 2021, dan dapat menambahkan lebih banyak lagi di masa mendatang.

 ( sumber : https://www.uschamber.com/)

 

Jerman

Di tahun 2022 ini Jerman telah mengalami kekurangan pekerja secara signifikan. Perubahan demografi dan pensiun dikalangan pekerja generasi tua. Pada tahun ini sekitar 300.000 pekerja berkurang dikarenakan pekerja yang lebih tua pensiun lebih cepat daripada pekerja usia lebih muda memasuki pasar tenaga kerja di Jerman.

Kesenjangan ini diperkirakan akan tumbuh menjadi lebih dari 650.000 pada tahun 2029, dan berakumulasi pada kekurangan pekerja usia produktif sekitar 5 juta pada tahun 2030. Setelah puluhan tahun tingkat kelahiran yang rendah dan imigrasi yang tidak merata, tenaga kerja yang menyusut menimbulkan bom waktu pada keadaan demografi di Jerman.

Salah satu pemimipin partai di German, Robert Habeck, mengatakan bahwa sekitar 300.000 lowongan pekerja tersedia  dan tahun berikutnya akan bertambah 1 juta lebih. Baru baru Ini pemerintahan Jerman meloloskan Undang-Undang Imigrasi Terampil pada tahun 2020 untuk memperluas jumlah peluang bagi para profesional yang memenuhi syarat dan mempermudah pekerja terampil dari negara-negara non-UE untuk bermigrasi ke Jerman untuk bekerja.

Partai-partai yang memerintah sepakat dalam negosiasi koalisi mereka untuk mengambil kebijakan yang mempermudah tenaga terampil dari luar negeri dan menaikkan upah minimum nasional menjadi 12 euro $13,60 per jam.

(sumber : https://fa.news/)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *